Cerita Ngentot Eva Si Cantik Sepupu Istriku
Cerita Dewasa Eva Si Cantik Sepupu Istriku – Aku sangat kagum saat pertamakali mengenalnya dari etika bicaranya dan atitudenya, dan aku ingat pada saat itu ia sudah duduk di akhir bangku SLTP dan usianya sudah menanjak usia 16 tahun, namanya adalah Eva.. Eva, memiliki wajah yang cantik dan sakingdan namanya pun secantik orangnyaWaktu itu aku bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercinta dan dikaruniai seorang putra yang lucu.
Tiga tahun kemudian adik sepupu istriku Eva datang ke rumahku dan memintaku untuk membantu mencarikan PTS di kotaku. Aku dan istriku jadi repot dibuatnya karena harus mengantarkan dia untuk daftar, test dan cari kost. Selama membantu dia, saya mendapatkan pengalaman yang sangat menarik dan membuat saya bertanya-tanya dalam hati.
Selama aku membantunya mencarikan PTS di kotaku, dia sering mencuri pandang ke arahku dengan pandangan yang nakal, kemudian sambil memandang jarak. Hampir tanpa ekspresi, aku pun terdiam sampai dia berlalu. Aku terkejut bukan karena pandangannya padaku, tapi dia sendiri yang membuat jantungku jantungku lebih cepat. Saya kemudian berandai-andai, jika waktu berpihak kepada saya, jikalau mendukung, jika ada sedikit kesempatan untuk berbaik hati. Mungkin juga aku yang terlalu berharap dibuatnya, sebenarnya batinku tidak setuju untuk disebut begitu.
Sebenarnya kita sering diganggu oleh ketidakpastian yang ada dalam pikiran, namun kenyataan di depan mataku, maka baru sadar. Aku takut tidak dapat mengendalikan diriku lagi. Pada suatu hari dia datang ke rumahku, karena ada hari libur besoknya, dia mau menginap di rumahku. Hatiku jadi gelisah, aku ingin melakukan sesuatu, mengalirkan magma yang meledak-ledak dalam diriku. Tapi batin dan laranganku melarangnya, tidak sepantasnya terjadi pada dan sepupuku.
“Kak, tolong aku dong!” Pandangannya menusuk, menembus dadaku hingga jantungku, serasa ingin meloncat.
“Jika Kakak tak menolak, Eva minta diajarin naik motor bebek”, matanya mengerling ke arahku serasa terseyum manis.
Belum pernah aku menerima tawaran seperti ini dari wanita. Kau telah menyentuh sisi rawan dalam hatiku. Aku mengangguk sambil mencengkram wajahnya dengan cintaku, sayang untuk dilihat. Wajahnya lembut, tenang dan dewasa, kalau saja tubuhnya setinggi minimal 175 cm, pastilah sudah menjadi bintang film sejak lama. Rambutnya sebahu, kulitnya kuning langsat, Pokoknya mantap!
“Mengapa Memilih Kakak? Mengapa tidak kepada pacarmu atau temanmu yang lain?” bertanya
“Saya telah memilih Kakak”, katanya manja. Aku mulai menggodanya..
“Memilih Kakak?” Dia mengangguk lugu, tetapi semakin mempesona.
“Kalau begitu, jangan protes apa-apa, kamu Kakak terima menjadi murid, sederhana bukan?” kataku.
“Kakak akan menyesal jika melewatkan kesempatan ini, karena Kakak ingin dicatat dalam hati sanubari Eva yang paling berjasa menumbuhkan dan menyemaikan bakat naik motor Eva gadis yang manis, calon peraih Putri Indonesia.” Tawanya meledak, matanya menyepit, memerah. Pipinya juga, duhh..!
“Kapan Kak belajarnya?” tanya dia.
“Sekarang”, jawabku.
Kemudian kami pamit kepada istriku, dan aku mengeluarkan motor bebek, kuhidupkan mesinnya. Aku duduk di depan dan di belakangku, aku mencari daerah sepi lalu lintasnya. Setelah sampai di daerah yang lalu lintasnya kurasa sepi, aku mendownload dan turun dari motor. Kemudian aku memberikan beberapa petunjuk yang diperlukan dan mempersilakan dia untuk duduk di depan dan aku di belakang. Beberapa menit kemudian motor mulai jalan pelan dan bergoyang-goyang hingga mau jatuh. Terpaksa saya membantu memegang motor, saya tidak sempat memperhatikan lekuk tubuhnya. Badannya sangat indah jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Lehernya yang putih, tanggungannya, buah di belakang.. Akh..!
Setelah saya membantu memegang stang, motor dapat berjalan dengan stabil, saya mulai dapat membagi konsentrasi. aku merasakan sentuhan tangan, telapak tangan telapak tangan. Kuusap mengarahkannya, dia tidak akan bereaksi, mungkin karena konsentrasi lagi dengan jalan. Kemudian aku merapatkan dudukku ke depan sehingga aku merapat pada punggung bagian bawah. Hidungku kudekatkan ke belakang telinganya, tercium bau wangi pada perhatian. Aku mulai terangsang, kamu mulai tegak di balik celana dalam yang kupakai.
Karena dia sudah mulai dapat menguasai motor, sementara aku masih dapat mengontrol diriku dengan baik, kutawarkan untuk latihan sendiri dan aku menunggu di warung saja. Tapi dia nggak mau, dia ingin aku tetap duduk di belakang. Aku jadi khawatir sendiri, kalau begini terus berbahaya, imanku kuat tapi barangku tidak mau diajak kompromi.
Akhirnya timbul dalam pikiranku untuk sekedar berbuat iseng saja. Kemudian aku pura-pura menjelaskan tentang, aku merapatkan badanku sampai melewatiku menempel di punggungnya. Eva pasti juga dapat merasakanku yang tegak. Tapi dia cuma diam saja, kubisikan di telinganya..
“Eva, kamu cantik sekali!” kataku dengan suara bergetar.
Tetapi dia tidak akan bereaksi, kemudian saya meletakkan kedua kami di kedua pahanya. dia tetap tidak terbuka, saya berani berani menghadapi-usap pahanya yang terbuka, karena dia memakai celana pendek.
“Akh.. Kakak nakal! Entar dimarahi Kak Lina lho, kalau ketahuan!”, katanya manja.
“Kalau Eva nggak cerita, ya.. Nggak ada yang tahu! Emang Eva mau cerita sama Kak Lina?” bertanya
“Ya.. Nggak sih”, katanya.
“Kalau gitu kamu baik dech”, kataku.
Karena mendapat lampu hijau aku berani, katakan bahwa payudaranya sangat bagus bentuknya, lebih bagus dari punya kakaknya, Lina. Dia tampak senang.
“Kakak ingin sekali menyentuhnya, boleh nggak?” kataku meluncur dengan begitu saja.
“Akh.. Kakak nakal”, katanya manja.
Aku semakin nekat saja, sebab dari jawaban aku yakin dia tidak keberatan. Kemudian tangan-pelan mulai menyentuhnya dan kemudian memegang penuh dengan telapak tangan telapak tangan. Wah, rasanya keras sekali, kucoba meremasnya dan dia sedikit terkejut. Aku tidak dapat memegang lama-lama karena harus membagi konsentrasi dengan jalan. Yang jelas videoku semakin berdenyut-denyut.
Aku tersentak dia mengerem motor dengan mempersiapkan untuk menghindari lubang. Tubuhku menekan tubuhnya hingga membuat kesadaranku pulih, akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya pulang. Aku sempat mengecewakan melihat di matanya. Tapi mau bagaimana lagi itu jalan terbaik, agar aku tidak terjebak pada posisi yang sulit nantinya.
Besok paginya, waktu aku mau bekerja, istriku memintaku untuk mengantarkan Eva dulu ke tempat kostnya. Tentu saja aku, malah jantungku berdebar-debar. Nggak lama kemudian Eva mendekati kami.
“Kak, antarin Eva dulu dong? Eva ada kuliah pagi nich! Teman Eva nggak jadi ketemu”, katanya.
“Ayo!” ajakku sambil masuk ke dalam mobil.
“Eva mau mandi dulu ya Kak!” katanya.
“Tidak usah, nanti keburu macet di jalan, mandinya nanti aja di kost.”, jawabku.
Di dalam hatiku aku sudah meminjam bahwa aku harus dapat mengendalikan diri. Sehingga selamat dalam perjalanan aku banyak diam. Akhirnya dia mulai membuka pembicaraan..
“Kak, kok diam aja sih? Marah ya? Anterin Eva pulang!” kata Eva.
“Kakak cuma lagi kurang enak badan saja”, jawabku sekenanya.
Setelah sampai di depan rumah kostnya, dia minta aku untuk ikut masuk, mengambil mainan yang telah dibelikannya untuk anakku. Mulanya aku menolaknya, tapi karena dia mau buru-buru berangkat kuliah dan belum mandi, sedangkan kamarnya di lantai 3. Aku jadi panggang kalau dia harus naik turun tangga hanya untuk mengambilkan mainan saja. Akhirnya aku mengikutinya dari belakang, aku sempat heran dan bertanya kepada dia..
“Kok sepi sekali?”
Ternyata kata Eva semua sudah berangkat kuliah. Kemudian aku menunggu di kamarnya, sementara dia mandi. Setelah selesai mandi dia masuk ke kamar, terlihat segar.
“Lho kok nggak ganti pakaian?” bertanya
“Iya, tadi tanya kasih tahu kalau dosennya nggak masuk, jadi Eva nggak perlu buru-buru lagi.” katanya. Sementara aku duduk di tempat tidurnya, dia mengambilkan mainan yang akan diberikan pada anakku.
“Ini Kak”, katanya sambil duduk di sampingku.
“Wah bagus sekali. Terima kasih ya!” kataku.
Saat aku ingin berpamitan keluar, pandangan beradu dengannya, hati ini kembali berdebar-debar, pandangan mata benar-benar meluluh-lantakan hatiku dan menghancurkan imanku. Aku tidak jadi berdiri, kupegang tangannya. Kuusap dengan penuh perasaan, diam saja, kemudian kupegang pundaknya, kubelai perhatian.
“Eva kamu cantik sekali”, kataku dengan suara bergetar, tapi Eva diam saja dengan muka menunduk. Kemudian aku meletakkan punggung di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi berani, kucium di bagian belakang telinganya dengan lembut, sepertinya dia mulai terangsang. Dengan pelan-pelan badan Eva aku bimbing, kuangkat agar berada dalam pangkuanku.
Sementara itu, videoku semakin menegang, kami dapat meningkatkan turun ke arah payudaranya. Aku merasa nafas Eva sudah seperti nafasku juga. Aku semakin nekat, tanganku kumasukan ke dalam kaosnya dari bawah. Pelan-pelan terangkat ke atas mendekati panyudaranya, dan ketika kita sudah sampai ke pinggiran payudaranya yang masih tertutup dengan BH-nya, kuusap bagian bawahnya dengan penuh perasaan, dia menggelinjang dan menoleh ke arahku dengan mulut terbuka sedikit.
Aku jadi tidak tahan lagi, kutundukan muka kemudian mendekatkan bibirku ke foto. ketika kita melihat, aku merasakan sangat hangat, kenyal dan basah. Aku pun melumat senang dengan perasaan sayang dan Eva membalas ciumanku, pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajahi ke dalam mulut dan mengkait-kaitkan lidahnya, membuat nafas terus memburu.
Tanganku pun tidak tinggal diam, kusingkapkan BH-nya ke atas, sehingga aku dapat dengan bebas memegang payudaranya. Aku belum tapi aku sudah dapat membayangkan bentuknya, ukurannya tidak terlalu besar dan terlalu kecil, sehingga jika dipegang terasa pas dengan telapak tangan. Payudaranya bulat dengan punting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kuusap dan kuremas, Eva mulai merintih.
Kemudian Eva kurebahkan di kasur, kulepas kaosnya dan BH-nya sehingga tampak pemandangan yang sangat menakjubkan. Dua buah gundukan yang berdiri tegak menantang, kupandangi badannya yang setengah telanjang. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke bagian depan, dan ketika mulutku menyentuh buah mendekat, Eva merintih lebih keras. Nafsuku semakin naik, kuciumi susunya dengan tidak sabar. Putingnya kukulum dengan lidahku, kuputar-putar di sekitar putingnya dan susunya yang sebelah kuremas dengan tanganku.
“Aduuhh.. Ahh.. Ah”, Eva semakin mengerang-erang dan dengan gemas putingnya kugigit-gigit sedikit.
Badannya menggelinjang membuat semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Sekarang kami mulai beroperasi di daerah bawah, kubuka celana pendeknya hingga sekarang hanya mengenakan celana dalam saja, sepertinya celana dalamnya sudah basah. Akhirnya kulepas semua, sehingga tampak vaginanya yang masih kencang dan rambut yang tidak banyak, membuat semakin tegang.
Kubersihkan vaginanya dengan bekas celana di dalamnya. Kemudian kupandangi dan kuusap-usap dengan perasaan, Eva tampak sangat menikmati sekali, dan saat jariku menyentuh klitorisnya, Eva menggelinjang dengan keras. Sementara klitorisnya masih kuusap-usap dengan jariku, Eva semakin menggeliat-liat. Pada saat itu aku ingin sekali mencium vaginanya, karena sudah terangsang sekali. Saat aku mau menunduk untuk mencium, kuangkat tanganku tapi pada saat itu dia langsung merapatkan kedua pahanya dan punggung tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.
“Aahhkk.. Oohh.. Kak, aahh!”
Akhirnya Eva diam beberapa saat, kudiamkan saja, karena dia baru saja merasakan orgasme. Tubuhnya terkulai lemas, aku jadi panggang sehingga senjataku juga ikut-ikutan turun. Dengan penuh rasa kasih sayang aku menghampirinya, duduk di pembaringan sejajar dengan buah yang menghadap dan menghadap ke arah wajah. Tubuhnya kututupi dengan selimut. Kubelai perhatian dan kucium kening perilakunya, tampaknya dia senang denganku. Baru saja aku mau berdiri, tanganku meraihnya, kemudian aku duduk lagi, tahu-tahu sudah ada di atas pahaku.
“Kak, baru kali ini Eva merasakan yang luar biasa nikmatnya, sebab namanya sangat tersentuh oleh laki-laki Eva belum pernah, apalagi pacaran. Jadi Kakak adalah orang yang pertama yang menyentuh Eva, tapi Eva senang kok Kak. Tadi Eva merasakan nikmatnya sampai tiga kali Kak, Eva sangat puas Kak!”
Dalam hatiku bertanya mengapa bisa sampai 3 kali, padahal aku kira cuma sekali. Pantas dia langsung KO. Mungkin karena dia tidak pernah dijamah laki-laki, jadi tubuhnya sangat sensitif sekali.
“Kok diam saja, Kak? Apa Kakak juga udah puas?” tanyanya
“Eva nggak usah pikirin Kakak, yang penting kamu sudah dapat merasakan nikmatnya orang bercumbu yang seharusnya belum kamu rasakan. Sekarang Kakak mau berangkat bekerja dulu, oke!” kataku.
“Kak gimana caranya biar Kakak juga bisa merasakan nikmat”, katanya dengan lugu. Tangannya yang masih ada di atas pahaku tahu-tahu sudah melepas sabukku dan membuka celanaku.
“Biar Eva juga mau pegang punya Kakak seperti tadi Kakak pegang punya Eva, tadi waktu Kakak pegang memek Eva dan mengusap-usap, Eva mendapat kenikmatan luar biasa, berarti kalau punya Kakak Eva pegang dan diusap-usap pasti Kakak juga merasa nikmat”, katanya sok tahu.
Sekarang celana dalamku sudah terlihat dan Eva mulai memegang dan meremasnya dari luar. Kemaluanku jadi tegak dan menyembul keluar dari celana dalamku. Dia terkejut dan kagum, “Wuah besar sekali.” Kalau sudah begini aku jadi lupa lagi dengan diriku, aku menurunkan celana dalamku agar dia dapat dengan leluasa memainkannya. Kemaluanku yang sudah sangat tegak digenggamnya dengan telapak tangan dan diremasnya
“Akh.. Eva, enaakk”, dia tambah bersemangat. Jari-jarinya mengusap-usap kepala musikku.
“Eva, teruskan sayang..” kataku dengan pembaruan yang semakin menjadi-jadi. aku merasa videoku sudah keras sekali. Eva meremas dan mengurutkan videoku semakin cepat.
“Eva!” seruku.
“Kakak akan terasa lebih nikmat kalau Eva mau diciumnya!”
Kemudian kupindahkan kepalanya di pahaku dan susunya menempel dipunggungku, aku ajari dia, mulanya kusuruh cium batangku kemudian kusuruh jilati dengan lidahnya. Aku merasakan sesuatu yang lain yang tidak kualami dengan istriku, mungkin karena Eva masih gadis, lugu dan tubuhnya belum pernah dijamah jika oleh laki-laki.
menemukan Eva juga menikmati dan mulai terangsang. Karena posisi kami kurang bebas, aku memandu Eva bangun dari pembaring dan duduk di lantai sementara aku tetap duduk di pembaring, sehingga mukanya tepat di depan selangkanganku. Kini dengan leluasa dia dapat melihat videoku yang semakin keras. Kemaluanku tak berkedip, dan tampaknya terus membuat nafsunya memuncak.
Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke arah komunikasiku dan menyadari keberadaan kepalaku, memegang pangkal mulutku. Mulutnya mulai ditempelkan pada mulutku dan lidahnya kusuruh menjilati ujungnya. Dan aku mulai menyuruhnya untuk dikulum di mulut, mulutnya mulai membuka agak lebar dan bagian ujungnya mulai dikulum, aku semakin tertarik.
“Eva.. ennaak! Terus sayang, masukan terus lebih dalam lagi, nah.. Begitu sayang.”
Rambutnya kuusap-usap dan pelan-pelan kutarik kemudian kudorong lagi ke arah pantatku. kemudian dia tahu maksudku, kemudian dia maju mundurkan videoku di dalam mulut. Aku merasa sudah tidak tahan, apalagi sewaktu Eva melakukannya dengan cepat. Ketika saya merasa spermaku mau keluar, pelan-pelan kutahan gerakan kepalanya, maksudku mau menarik keluar dari mulutnya. Tetapi malah sebaliknya melawan gerakanku, dengan memegangnya lebih kuat dan mendukung gerakannya. Akhirnya aku tidak dapat menahan lebih lama lagi..
“Aahh, aahh, aahh..!”
Spermaku keluar di dalam mulutnya dengan rasa nikmat luar biasa dan badanku sampai tersentak-sentak. Kemudian melakukanku kutarik dari mulutnya. Aku melihat di mulutnya belepotan dengan spermaku, kuangkat dia dan kududukkan di pahaku, tangan sebelah kiri menopang kepalanya, tangan kanan yang membersihkan.
“Kamu pintar sekali, Kakak mendapatkan kenikmatan yang luar biasa”, kataku berbisik.
“Eva.. Juga Kak, sekarang Eva merasakan tulang-tulang Eva seperti lepas!” Kemudian kuangkat tubuhnya yang masih telanjang, kurebahkan di pembaringan. Aku sendiri merapikan pakaian dan langsung pamit pulang.
Setelah kejadian tersebut saya sangat menyesal, tapi lagi-lagi terlambat, tapi hati mengatakan tidak ada yang terlambat, lebih baik dari tidak sama sekali. Aku kembali meminjam dalam hatiku cukup sampai di sini.